Kekerasan Seksual pada Anak-anak, Ketika Hidup Mereka Menjadi Terancam

Stop kekerasan seksual pada anak (Dok. yayasanpulih.org)

Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh semua manusia, tidak terkecuali anak-anak. Menurut Abraham Maslow, seorang psikolog dari Amerika, kebutuhan rasa aman pada manusia terletak pada urutan kedua dalam Teori Hierarki Kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan rasa aman harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan di urutan yang lebih tinggi.

Kebutuhan rasa aman ini meliputi rasa aman fisik, perlindungan dari berbagai ancaman seperti kriminalitas, takut, cemas serta kebutuhan secara psikologis yang mengancam kondisi kejiwaan. Kebutuhan rasa aman memang tidak dapat terpenuhi secara total, namun orangtua dan orang disekelilingnya dapat memberikan kebutuhan ini sesuai kemampuan mereka pada anak-anaknya.

Kasus Kekerasan Seksual pada Anak

Ancaman bagi anak memang selalu ada, namun peran orang tua sangat penting untuk memberikan rasa aman bagi anak. Anak-anak sering menjadi korban dari berbagai ancaman berbahaya di sekitarnya. Contoh kasus yang sedang marak terjadi di Indonesia adalah kasus kekerasan seksual yang banyak dialami oleh anak-anak. Kasus seperti ini terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun dengan modus operasi nya yang semakin tidak masuk akal. Terlebih, pelaku kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak mayoritas adalah orang terdekat atau berada di lingkungan anak tersebut.
Menurut End Child Prostituation in Asia Tourism (ECPAT), kekerasan atau pelecehan seksual adalah hubungan atau interaksi antar seorang anak dengan seseorang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing, saudara kandung atau orangtua dimana anak sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai ancaman, suap, bahkan tekanan. Bentuk kekerasan seksual pada anak bisa dalam tindakan pemerkosaan atau pencabulan.
Berdasarkan data dari Kementrian Sosial pada tahun 2017 kasus kekerasan serta pelecehan seksual pada anak meningkat dari 1.965 kasus di tahun 2016 menjadi 2.117 kasus di tahun 2017. Kasus ini begitu mengkhawatirkan mengingat korban dari kasus kekerasan seksual ini masih dibawah umur. Korban tidak hanya mengalami sakit secara fisik, namun akan mengalami sakit secara mental karena trauma terhadap kejadian ini yang akan terus diingatnya hingga dewasa.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Pada sebagian masyarakat, kasus kekerasan seksual ini dianggap menjadi aib keluarga jika mereka melaporkan ke pihak yang berwajib. Karena hal tersebut, biasanya pelaku tidak ditindak lanjut oleh kepolisian karena perbuatan nya.
Hal ini harus disadari oleh masyarakat, bahwa ketika anak menjadi korban kekerasan seksual, mereka akan mengalami trauma yang mendalam dan akan terbawa hingga mereka dewasa jika tidak diterapi atau diobati secara tepat. Selain traumatis, kekerasan seksual akan membawa dampak emosi dan fisik kepada korban nya. Korban akan mengalami stress, depresi, tekanan jiwa, adanya perasaan bersalah dan bayangan kejadian yang akan selalui menghantui korban.
Namun pada beberapa kasus belakangan ini, sudah banyak orang tua yang mulai memperjuangkan keadilan atas anaknya yang menjadi korban kekerasan seksual. Mulai dari menuntut pelaku untuk dihukum seberat-beratnya, hingga menggandeng Komisi Perlindungan Anak untuk mendapatkan pendampingan kasus nya. Walaupun kita semua tau akhir cerita perjuangan ini beberapa akan tidak sesuai dengan ekspektasi.

Pelaku Kekerasan Seksual pada Anak, Mayoritas adalah Orang Terdekat

Kasus kekerasan seksual pada anak mayoritas merupakan orang terdekat sebagai pelaku nya. Hal ini tidak menutup kemungkinan, karena pelaku merupakan orang yang biasanya mereka temui dan biasanya tingkat kepercayaan anak lebih tinggi dengan orang terdekat dibanding dengan orang asing. Peran orang tua disini sangat penting dalam memberikan edukasi pada anak untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Edukasi yang diberikan terkait perlindungan anggota tubuh sendiri serta pengenalan anggota tubuh yang boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Menanamkan rasa malu pada anak juga menjadi hal yang penting, agar anak memiliki rasa malu ketika membuka baju ditempat terbuka atau buang air kecil selain dikamar mandi.
Selain itu, orang tua harus peka terhadap tingkah laku anak. Ketika anak sudah menunjukkan perilaku yang tidak biasanya, orang tua harus melakukan tindakan untuk mengetahui apa penyebab dari perilaku anak tersebut. Karena, banyak anak yang menjadi korban kekerasan seksual merasa malu dan takut untuk menceritakan pada orang tua nya, lalu anak akan memendam masalah tersebut sendiri dan berpengaruh pada kesehatan mental dan kejiwaan nya.

Walau bagaimana pun, anak memiliki hak untuk mendapatkan rasa aman dari berbagai ancaman disekitarnya, termasuk kekerasan seksual. Sebagai orang dewasa yang sudah mengerti, ada baiknya kita melindungi anak-anak disekitar kita sebagai upaya untuk menghindari meningkatnya kasus seperti ini. Bagaimana menurutmu?

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started